Dear pembelajar yang budiman, beberapa
waktu lalu banyak kolega dan teman teman
bertanya bagaimana cara melamar dan berkomunikasi dengan professor? Apakah kita
melamar satu per satu dan menunggu respon dari beliau ataukah kita kirim sekaligus
kepada professor-professor yang sudah kita daftar sebelumnya? Salah boleh katakana
bahwa saya adalah orang yang melakukkan dua-duanya.
Pada kesempatan ini saya akan membagikan pangalaman saya saja. Karena bisa jadi ada hal yang lebih valid di luar sana.
Ketika belajar persiapan keberangkatan di Jakarta, seorang coach
membahas permasalahan ini dan
menganjurkan agar kami menggunakan metode yang pertama, yakni melamar satu per
satu dan menunggu selesai dengan peofesor yang satu untuk kemudian beralih ke
professor yang lain setelah mendapat kepastian. Artinya, melanjutkan di jenjang
ke jenjang selanjutkan jika sukses dan move
on ke professor yang lain jika di tolak. Adapun di tolak ini, berdasarkan
pengalaman bukan berarti anda tidak kompeten, akan tetapi kebanyakan dari
pengalaman saya adalah kurang lebihnya boleh saya katakana 50% para professor tersebut
telah mempunyai banyak anak yang di bimbing sehingga sudah fully booked dan tidak lagi menerima anak Ph.D untuk sementara waktu;
sedangkan yang lain adalah tulisan kita tidak sesuai dengan research interest
mereka. Berbeda dengan di negeri sendiri, professor di luar negeri sangat ketat
dalam hal ini. Hanya beda lapangan penelitian saja mereka tidak mau. Ini pengalaman
saya ketika melamar di Universitas Hamb*rg dimana saya akan meneliti di sekolah
sedangkan beliau meneliti di masyarakat.
Selanjutnya, adalah metode melamar kepada sekaligus professor. Di akhir periode beassiwa saya, saya harus mengumpulkan LoA secepatnya, kalau tidak beasiswa akan hangus. Dengan keadaan seperti ini, saya mengumpulkan paper saya dan mendaftar alamat-alamat email calon-calon supervisor dari berbagai nagara di Eropa. Setiap hari saya awali dengan mendaftar minimal 5 calon. Setelah mandapatkan calon dan membaca profil-profil beliau, saya mulai memetakan proposal saya dengan calon professor yang saya akan kirimi email. Setelah itu, dalam sehari mengirim kurang lebih 5 sampai 6 email. Hasilnya, yang kedua ini lumayan cepat. Dalam waktu setengah bulan, saya mendapatkan feedback secara singkat dan cepat. Taruhlah contoh, saya melamar kapada 5 professor setiap hari dalam waktu 5 hari kerja. Minggu depannya lagi, saya mendapatkan feedback dari beberapa. Sebagian besar menolak dan ada 3 orang yang tertarik untuk berdiskusi secara email dan hasilnya satu di antara 3 tersebut akhirnya menjadi supervisor saya yang sekarang. Lalu, bagaimana jika diterima semua? Saya juga mengalami hal ini. Setelah berproses dengan calon supervisor di Jerman, alhamdulillah qadarullah di terima di dua univeristas di Inggris dan di Skotlandia.
Karena tuntutan LoA, saya memproses revisi proposal, interview dan
administrasi di ketiga universtas ini. Target saya adalah yang mana yang
memberikan LoA duluan adalah yang akan saya pilih. Qadarullah setelah proses
revisi, interview dan proses administrasi di pusat admisi kampus, Kampus di
Jerman lah yang lebih dulu mengeluarkan LoA. Sehingga akhirnya saya email
kepada masing masing calon supervisor saya bahwa dengan alasan akademik dan non
akademik, saya mengundurkan diri. Mereka
menerima dan menjamin akan merahasiakan dokumen-dokumen yang telah saya kirim.
Jadi, kesimpulannya adalah metode
pertama adalah yang terbaik berdasarkan
etika.Jika Anda Punya banya waktu, melakukan metode pertama memberikan banyak
pengalaman, ketenangan dan kesabaran. Hanya
saja jika urgent dan butuh segera mendapatkan LoA, metode kedua patut di coba.
Metode mana yang telah Anda coba? Anda dapat membagi pengalaman Anda di kolom
komentar.
30 Ramadhan 1442H
12 Mei 2021, Bumi Jogja
Ummu Rahmatullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar